Friday, November 30, 2012

Potret indahnya perkataan salaf

Sesungguhnya generasi paling mulia adalah generasi Nabi dan para sahabatnya, kemudian dua generasi yang mengikutinya, tidak dapat dipungkiri karena hal itu memang sudah tertera dalam hadits Nabi yang tidak jarang pula kita menyimaknya “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih).

berikut ini sekelumit dari cara bersikap dan interaksi para Salaf (Generasi/Ulama Terdahulu) yang menggambarkan kecerdasan dalam bersikap, santun dalam berbicara, dan zuhud dalam kehidupan.

Salaf dan Keikhlasan
Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: “Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!”
Ar-Rabi` bin Khaitsam berkata: “Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!”
Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: “Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.”
Dan telah diketahui, menjaga amalan hati amatlah berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: “Tidak ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.”
Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata:” Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!
Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan diangkat-angkat.
Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: “Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka popularitas.” Yahya bin Muadz berkata: “Tidak akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan.” Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad berkata: “Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.”
Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi` bin Shabih menuturkan: Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: “Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!”
Salaf dan Taubat
Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan Rasulullah dalam sebuah hadits shahih. Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!
`Aisyah berkata: “Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar.” Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: “ Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!”
Tangis Generasi Salaf
Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an.
Ketika membaca firman Allah: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.” (QS. Al-Ahzab : 33) `Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.
Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS. Al-Hadid : 16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.
Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang artinya: Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.
Salaf dan Tawadhu`
Pernah disebut-sebut tentang tawadhu` di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka: “Saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!” Mereka berkata: “Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?” Beliau menjawab: “Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.”
Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: “Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.”
Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: “Apa itu tawadhu`?” Ia menjawab: “Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!”
Mutharrif bin Abdillah berkata: “Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.”
Salaf dan Sifat Santun
Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: “Apakah engkau gila!” Umar menjawab: “Tidak “ Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: “Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.”
Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: “Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau!” Ia menjawab: “Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!”
Salaf dan Sifat Zuhud
Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi membelanya.”
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab:” Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.”

Friday, November 23, 2012

Makam Bakiq (Madinah)




Pernah dengar makam bakiq di madinah kan?kasian amat kalo lum denger (langsung tanya besok di kelas)
nih priview gambaran suasana disana, nampak disebelahnya persis masjid fenomenal yang didirikan Nabi Muhammad ketika sesampainya di kota Madinah (Saudi Arabia lo bukan tembalang)

selengkapnya lihat sendiri di TKP pasti lebih puas : TKP

Thursday, November 22, 2012

Widget radio Nurussunnah

Untuk memasang Widget ini ke blog, website atau forum yang kamu kelola dengan mencantumkan/paste kode dibawah ini dibagian web yang ingin kamu pasang Streaming Nurussunnah.

Monday, November 12, 2012

Ragu Belajar Ilmu Agamamu?

Tidak di ragukan lagi sesungguhnya orang yang sukses adalah yang diberikan oleh Alloh Ta’ala jalan kepada kebenaran, karena sesungguhnya kebaikan ada di tangan Alloh dan diberikan kepada siapa saja hambaNYA yang dikehendaki, oleh karena itu dari doa yang telah dipanjatkan oleh Rasululloh :


اللهم يا مقلّب القلوب, ثبّت قلبي على دينك

‘’Ya Alloh Dzat yang membolak balikan hati, tetapkanlah hatiku diatas agamaMU”[1]
Dan seperti yang diketahui bersama bahwa ilmu ada 2 macam: ilmu syar’i (ilmu agama) dan ilmu dunia.
Ilmu Dunia : Matematika, Astronomi, Biologi, dan yang lainya dari ilmu-ilmu duniawi yang dibutuhkan manusia di kehidupanya. Dan permasalahan didalam ilmu ini adalah ringan. Benar, karena tanpa dipungkiri lagi akan pentingnya ilmu tersebut dan kebutuhan manusia untuk mempelajarinya, akan tetapi kebutuhan akan ilmu duniawi tidak dapat menyamai kebutuhan manusia kepada ilmu agama, barangsiapa yang mempelajari ilmu dunia untuk memberikan manfaat orang lain akan mendapatkan pahala, dan barang siapa mempelajari ilmu dunia untuk dirinya sendiri tidak mendapatkan dosa.
Ilmu Agama : Ilmu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah (Hadits); maka tidak diragukan bahwa inilah yang terpenting, dan inilah yang dimaksudkan dalam sabda nabi Muhammad sallallahu’alaihiwasallam yang mengatakan :


 طلب العلم فريضة على كل مسلم

Menuntut ilmu wajib untuk setiap muslim”[2]
Dan (ilmu agama) adalah warisan para nabi ; dan telah datang dari Hadits Nabi Muhammad :


انّ الانبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما, و انما ورّثوا العلم , فمن أخذه أخذ بحذّ وافر

Sesungguhnya para nabi bukanlah mewariskan Dinar maupun Dirham (harta), akantetapi mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil ilmu itu dia telah mengambil bagian yang banyak.”[3]
Dan tentunya barangsiapa yang berjalan untuk menempuh ilmu tersebut dia telah beruntung, dan berada didalam kebaikan –ان شاء الله- jika dia senantiasa Ikhlas dalam perbuatanya untuk Alloh Ta’ala, dan tidak menginginkan sesuatu melainkan pahala Alloh dan kebahagiaan di akherat.
Keutamaan Ilmu Syar’I (Agama)
Maka diketahui darinya menuntut ilmu mempunyai keutamaan yang agung, dan barang siapa diberikan kesempatan untuk menuntutnya dialah orang yang beruntung. Sehingga cukuplah bagi penuntut ilmu kemuliaan karena dia dimudahkan jalan untuk menuju ke syurga, Nabi Muhammad sallallahu’alaihiwasallam bersabda :


من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة

Barangsiapa meniti sebuah jalan ditujukan kepadanya Ilmu, maka Alloh akan mudahkan jalan untuknya dengan ilmu tersebut jalan menuju syurga”[4]
Dan tidak akan pernah sama keringat yang dihasilkan penuntut ilmu dengan orang yang bodoh (dari ilmu agama). Alloh Ta’ala berfirman :


            قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ

Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui‘[5]
Maksudnya : tidak akan pernah sama antara yang mengetahui dan yang tidak mengetahui, sepertihalnya tidak sama orang yang hidup dengan orang yang mati, orang yang bisa mendengar dan orang yang tuli, orang yang bisa melihat dan orang yang buta, maka dari itu Alloh Ta’ala berfirman :


يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang diberi karunia ilmu sebanyak beberapa derajat”[6]
Dari hal tersebut jika kita melihat didunia ini mereka para pakar ilmu maupun ulama dipuji disetiap tempat. Begitupula di akherat, maka tidak diragukan mereka diberikan derajat yang tinggi disyurga.
Dan sebagai penutup, cukuplah bagi penuntut ilmu merasa bangga, karena Alloh telah menginginkan kebaikan darinya, sebagaimana telah dikhabarkan dari Nabi Muhammad sallallahu’alaihiwasallam  dalam sabdanya :


من يرد اللّه به خيرا يفقهه في الدين

Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan (darinya) maka akan difahamkan (untuknya) ilmu agama.”[7]

 

Penulis: Ibnu Syawal
Artikel www.nurussunnah.com



[1] Tirmidzi derajatnya hasan
[2] Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah
[3] HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388
[4] HR. Muslim (no. 2699) dan selainnya, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[5] Qs. Az-Zumar: 9
[6] Qs. Al-Mujadilah: 11
[7] Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/122-123, no. 84), dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu

Saturday, November 10, 2012

Ayah Terhormat



Alamat surat ini untuk ayah tercinta
Aku mengerti tidak diketahui dimana keberadaanmu
Aku kira itu lebih baik, Engkau tidak perlu susah payah
Semua kebenaran memang harus dibiarkan
Ditinggalkan sendirian,

Aku belajar hal-hal yang engkau tidak pernah menunjukkanya padaku
Mengambil kemungkinan yang engkau tidak akan dapatkan
Dan sampai hari ini
Engkau tetap tidak diketahui dimana keberadaanmu

Engkau berada di luar sana
Aku tidak tahu apakah Engkau peduli
Sama sekali tidak peduli
Seolah-olah hari itu tidak akan datang
Jadi Engkau tetap tidak diketahui keberadaanmu

Jadi bertahun-tahun telah diabaikan
Engkau telah hilang tanpa jejak
Aku mulai mengetahui tentang engkau
Hanya nama tanpa wajah

Engkau berada di luar sana
Aku tidak tahu apakah Engkau peduli
Tapi diri ini akan selalu meminta yang terbaik untuk keadaanmu.

Dari tulisan seorang anak yang lahir tanpa ayah di keluarga tak berkecukupan tapi berusah unutk hidup, Ibnu Syawal Al-jauziyah, selokaton- solo.


Hidup itu sederhana


Hidup itu sederhana, 
ahmad bekerja sepanjang hari untuk mencari nafkah,
Tidak ada komputer, tidak ada alat, ia menggunakan kedua tangannya,
Diabaikan pikiran yang rumit
Istrinya menemaninya dan membuatnya tetap hangat,
Pada akhir pekan,
Dia akan membawa mobil dengan anak-anak dan mereka akan pergi memancing,
Tidak perlu bekerja pekerjaan ekstra, acara yang menyibukan, 

Cukup membuat dia banyak tersenyum
Hingga akhirnya mereka berbaring tertidur malam hari
Penuh
cinta

Di pagi hari,
maryam selalu bangun pagi hari
Dan menuju dapur,
Dia akan membuat kopi, menyiapkan makan siang dan kemudian dia menciumnya
Dan dia akan memegang tanganya dengan lembut dan erat
Seperti ketika
mereka pengantin baru
Dan dia  tersenyum
Dia
akan bahagia, mereka tahu mereka akan punya bayi lagi
Dia mengerjakan pekerjaan rumah sepanjang hari sampai makan malam sudah siap,
Dan mereka menginginkan keidahan itu secara lambat untuk "Menjalani Hidup".

Ini adalah masa-masa yang terbaik
Anak-anak
dalam keadaan baik-baik saja,
Kejadian apapun diluar sana
Mereka masih saling
cinta.

Semua dekade dan tahun telah berlalu,
Tidak setiap keluarga yang di bangun dapat bertahan,
Hingga terkadang tidak ada waktu untuk mengenang masa-masa indah

Ketika
selalu mengatakan "Semua Akan Baik-baik Saja"


Ibnu Syawal Al-jauziah, solo, akhir pekan 10 november 2012